Yaaaaa ini adalah cerpen karangan saya sendiri, dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Tujuannya saya posting disini supaya setitik karya saya bisa ikut dinikmati orang lain dan juga untuk dokumentasi, menghindari hilangnya file kalau hanya disimpan dilaptop, tau sendiri kan tugas-tugas Bahasa Indonesia seabreg, maksudnya ya biar gak mubadzir gitu.
Maaf terlalu bertele-tele..
Yang udah ga sabar nanti jangan pada sedih ya bacanya, awas BAPER! hahaha.
Selamat membaca ^^
Waktu pun berlalu,
sekarang Rina dan kak Tedi sudah berpacaran. Namun Alisa masih sendiri,
menyimpan rasa yang harus ia pendam untuk kak Tedi. Alisa menyadari tak
selamanya cinta harus memiliki. Alisa ikut bahagia kak Tedi bisa bersama Rina,
teman dekatnya. Setidaknya sampai sekarang Alisa masih bisa berhubungan baik
dengan kak Tedi dan Rina.
Tujuannya saya posting disini supaya setitik karya saya bisa ikut dinikmati orang lain dan juga untuk dokumentasi, menghindari hilangnya file kalau hanya disimpan dilaptop, tau sendiri kan tugas-tugas Bahasa Indonesia seabreg, maksudnya ya biar gak mubadzir gitu.
Maaf terlalu bertele-tele..
Yang udah ga sabar nanti jangan pada sedih ya bacanya, awas BAPER! hahaha.
Selamat membaca ^^
KENYATAANYA SEPERTI ITU
Karya : Nafi Akhlisa Fiqri/XI 5/SMAN 1 Bumiayu
Alisa duduk terdiam di sudut ruang
kelas, sambil terpekur membaca memahami materi yang diberikan oleh guru
Matematikanya sambil sesekali mencuri pandang ke arah luar jendela menatap
langit luas. Lamunannya terhenti saat pak Ilham yang sedang memaparkan
penjelasan materi menunjuknya.
“Alisa, coba kamu selesaikan soal
yang ada di papan tulis.” Pinta pak guru sambil mempersiapkan catatan untuk
materi selanjutnya.
Alisa pun maju kedepan kelas untuk
melaksanakan perintah pak guru yang menyuruhnya mengerjakan soal yang telah ia
buat.
“Sudah selesai, Pak.” Ucapnya lembut
dengan senyum menghiasi wajahnya.
“Apa ada yang salah, Pak?”
“Hmm.. benar! Selamat kamu bisa
mengerjakannya dengan benar, kamu bisa kembali ke tempat dudukmu Sa.”
Pujian pak guru disambut riuhan kecil
seisi kelas yang menyoraki Alisa karena dapat mengerjakan soal tersebut. Alisa berjalan
menuju tempat duduknya yang terletak nomor dua dari depan, tepat disebelah
jendela. Ia kembali memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh pak Ilham
di papan tulis, hingga bel sekolah berbunyi menandakan usainya pelajaran.
Jam istirahat pun tiba, Alisa langsung
berjalan keluar kelas dan duduk di depan kelas. Ya, seperti biasa, Alisa duduk
disana sekedar untuk melihat kak Tedi yang selalu bermain sepak bola bersama
teman-temannya di halaman sekolah.
“Hei! Lagi ngapain sih? Sendirian aja,
ke kantin yuk Sa, laper nih..” Tegur Rina teman sekelasnya itu.
“Ih Rinaaa ngagetin aja, ah engga
lah.. aku titip aja ya beliin aku cemilan! Nih duitnya, dah sana pergi keburu
kehabisan waktu loh.” Ucap Alisa menanggapi Rina.
Rina pun bergegas menuju kantin
karena khawatir bel masuk berbunyi, sedangkan Alisa masih tetap sendiri
memandangi kak Tedi.
***
Jam menunjukkan pukul 13.45 WIB,
pelajaran telah selesai Alisa sangat semangat karena waktu pulang telah tiba.
Alisa berencana untuk langsung pulang karena ada sesuatu yang akan dilakukannya
dirumah.
“ Assalamualaikum.. bu, Alisa
pulang.” Ucap Alisa sambil mencopot sepatunya.
“ Wa’alaikumsalam, udah sholat belum? Kalo
belum sholat dulu sana terus makan siang, makanannya udah ibu siapin di meja
makan. Ibu mau pergi ke rumah Tante Risna ada arisan.”
“Iyaaaa bu, beres!” Alisa bergegas
ke kamarnya.
Setelah sholat dan makan siang,
Alisa menyalakan laptopnya dan langsung membuka Facebook, ia kembali membuka
akun facebook milik kak Tedi. Alisa sangat senang padanya karena kak Tedi
pernah menjadi pembimbing di kelasnya saat MOS, mulai saat itu Alisa menjadi
bersimpati kepadanya karena sifat kak Tedi yang ramah, pandai bergaul dan tidak
sombong. Saat membaca profil kak Tedi, ia melihat ada nomor ponsel yang
tercantum di profilnya, bergegas Alisa membuka handpone untuk menyimpan nomor
ponsel itu.
Malam pun tiba, setelah belajar
Alisa membuka handpone nya dan membuka kontak, memandangi nomor yang didapat
dari akun facebook kak Tedi, Alisa penasaran apakah nomor itu adalah nomor kak Tedi atau bukan, akhirnya
Alisa memberanikan diri untuk mencoba mengirim pesan ke nomor itu. Tak terduga
setelah beberapa lama pesan yang dikirim Alisa pun dibalas, Alisa sangat senang
karena ternyata nomor itu adalah nomor kak Tedi. Alisa memiliki kesempatan untuk
lebih dekat dengan kak Tedi lewat nomor telepon yang berhasil ia temukan di
profil facebook kak Tedi.
***
Semakin hari Alisa dan kak Tedi
menjadi akrab, sering kali Alisa dan Rina berbincang-bincang dengan kak Tedi,
Rina selalu bersama Alisa karena Alisa tidak punya nyali untuk menemui kak Tedi
sehingga Alisa selalu meminta Rina untuk menemaninya.
Alisa semakin nyaman dengan kak
Tedi, nampaknya benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Alisa. Perlakuan Kak
Tedi dan adanya dia disaat Alisa membutuhkannya membuat Alisa semakin percaya
jika mereka berdua sama-sama suka. Hingga disuatu hari disaat mereka sedang
berdua tanpa adanya Rina yang menemani Alisa, Alisa memberanikan diri untuk
mencoba menanyakan tentang perasaan kak Tedi pada Alisa.
“Mmmmh.. kak Tedi kapan punya
pacar?” Tanya Alisa tanpa basa-basi.
“Pengennya sih secepetnya, haha”
Jawab kak Tedi sambil tertawa.
“Ciyeeehhh.. emangnya udah dapet
calonnya?” Ledek Alisa.
“Udah Sa, kamu mau bantuin kakak
biar dapet cewe itu gak?”
“Haah? Emang cewenya siapa kak?”
Jawab Alisa terbata-bata.
“Anuuuu.. itu Rina.” Jawab kak Tedi
pelan.
“Apaa? Rina temen aku itu kak?”
Alisa kaget tak percaya.
“Iyaa temen kamu, yang sering sama
kamu itu. Bantuin kakak dapetin dia ya Saaaa.”
Mendengar jawaban kak Tedi, Alisa
langsung terpatung terdiam seribu bahasa.
Alisa
tak percaya ternyata apa yang ia
harapkan tak sesuai dengan kenyataan, terlebih lagi kak Tedi ternyata menyukai
Rina, teman dekatnya sendiri. Hati Alisa terasa akan runtuh, rasanya sakit
sekali. Orang yang disukainya malah menyukai temannya sendiri. Cintanya
bertepuk sebelah tangan.
“Alisaaaa.. gimana mau bantuin kakak
gak?” kak Tedi membuyarkan lamunan Alisa.
“Hmmmm.. gimana yah kak? Yaudah
nanti aku coba bantu deh.” Ucap Alisa dengan nada yang tak semangat.
“Nah anak pinter, makasih yaa” Ucap
kak Tedi sambil mengusap rambut Alisa.
“Iishh.. udah ya kak, udah sore nih
Alisa pulang duluan yaa.” Sambil menyingkirkan kepalanya dari tangan kak Tedi.
“Ehh.. yaudah. Jangan lupa bantuin
kakak yaaaa!” Teriak kak Tedi pada Alisa yang sudah berlari meninggalkannya.
Dalam perjalanan pulang Alisa masih
memikirkan apa yang telah ia alami tadi, Alisa masih tak percaya akan kenyataan
yang ia terima. Kini ia bingung harus bagaimana. Haruskah Alisa membantu kak
Tedi untuk mendapatkan Rina tapi ia harus tersakiti karena melakukan hal yang
tak diinginkannya atau membiarkan semuanya dan mempentingkan perasaanya agar
tak terluka.
***
Keesokan harinya Alisa berangkat
sekolah dan berakivitas seperi biasa
tanpa merisaukan kejadian kemarin yang membuatnya cukup tersiksa. Setelah
merenungkan apa yang harus diperbuatnya, sekarang Alisa sudah cukup lega dan sudah
bisa memilih apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Rinaaaaa selamat pagi..” Sapa Alisa
menyambut kedatangan Rina.
“Haaaiii Alisayaanggg.. salamat pagi
haha” Jawab Rina agak meledek.
“Yeh sayang sayang pala lu peyang!
Eh Rin mau tau ga?”
“Apaan sih? Mau doong”
“Emak gue cewe tau! Hahahha”
“Ih apaan sih Alisa garing banget,
ya ampun ha-ha-ha”
“Emang ga lucu sih, tapi kali ini
beneran deh seriussss.”
“Apaan sih? Lama ah kesel.”
“Itu kak Tedi minta nomor kamu,
boleh gak kalo aku kasih ke dia?”
“Laaah? Masa sih? Yaudah kasih aja.”
“Ohh oke deh, aku kasih yaaa.”
“Iya bawel ah, udah minggir mau
lewat hus hus.”
Rina meninggalkan Alisa dan menuju
tempat duduknya, Rina terlihat biasa saja mengetahui kak Tedi meminta nomornya
pada Alisa. Alisa yang sudah mengetahui kalau Rina memperbolehkan kak Tedi mendapatkan nomornya segera
mengirimkan nomor Rina pada kak Tedi
lewat SMS. Tak berapa lama pesan itu dibalas oleh kak Tedi
“MAKASIH YA ADEK KUSAYAAAANGG”
Melihat
balasan pesan kak Tedi itu membuat Alisa kembali merasakan sakit, ternyata
selama ini kak Tedi menganggap Alisa hanya sebagai adiknya. Yaaaa.. sebatas
kakak dengan adik. Namun Alisa langsung menyemangati dirinya sendiri. Ia tak
ingin terpuruk hanya karena ini.
***